Sabtu, 07 April 2012

THE KSA (save the princess part 2)


**
Chansung mengambil shot gunnya dan mengarahkan benda tersebut ke arah Gikwang berdiri. Tapi ia mengerutkan keningnya bingung, Gikwang sudah tidak ada ditempatnya.
BUUG!
Chansung terjatuh dengan posisi telungkup dan pistolnya terlepas begitu saja. Gikwang lalu menendang jauh-jauh pistol tersebut agar Chansung tidak dapat menggapainya. Chansung meringis pelan akibat pukulan dipunggungnya, ia melupakan sesuatu hal tentang Gikwang karna terlalu meremehkannya.
“Kau lupa? Aku adalah pelari tercepat di CIA Chansung-ssi, bahkan kau tidak sempat melihatku lari tadi.” Gikwang berkata dengan nada datar
“Cih, tidak usah banyak omong kau!” Chansung bangkit dan menerjang ke arah Gikwang
Gikwang dengan cekatan menahan kepalan tinju milik Chansung yang mengarah padanya, namun Chansung langsung melayangkan kepalan tinjunya yang satu lagi ke arah perut Gikwang dan berhasil membuat laki-laki itu jatuh tersungkur dengan mulut yang mengeluarkan darah.
“Kau lupa? Aku adalah petinju terbaik di CIA Gikwang-ssi!” Chansung menyeringai jahat dan mulai berjalan mendekati Gikwang
Gikwang mencoba berdiri, namun tenaganya terlalu lemah dibanding dengan rasa sakit yang menghujam perutnya. Alhasil, ia hanya bisa pasrah saat Chansung sudah menodongkan shot gunnya pada Gikwang.
DOOR!
**
“Dasar sialan…” desis Lizzy tajam. Ia jatuh terduduk sambil memegangi sudut bibirnya yang mengeluarkan darah, sementara pistolnya entah ada dimana
“Jangan pernah lupakan bahwa kemampuan taekwondoku diatas dirimu!” ucap Jiyeon sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi
“Maaf Lizzy, tapi aku terpaksa membuang pistol bodohmu!” Krystal membuka jendela dikamar Sulli dan melempar pistol milik Lizzy keluar
“Ckck, aku juga tidak memerlukan pistol bodoh itu lagi!” Lizzy menyeringai dan bangkit berdiri dengan pelan
“Kenapa kau keras kepala sekali gadis jalang? Kau ingin mati HA?” bentak Jiyeon dan hendak menghampiri Lizzy kalau saja Sulli tidak menahan lengan gadis itu
“Diamond unnie, sebaiknya kau dan Sulli pergi dari sini. Aku akan mengurus gadis keras kepala itu!” ucap Krystal
Jiyeon menghela nafasnya berat, kemudian mengangguk. Ia dan Sulli kemudian keluar dari lubang yang ia buat dengan laser meninggalkan Krystal dan Lizzy yang tengah bertatapan dengan tajam.
“Hell yeah, anggota terpintar ingin melawanku. Ckckck…” ucap Lizzy meremehkan, “Tapi kau curang, kau membawa senjata sementara aku tidak. Ayolah, kau tidak adil!” lanjutnya
“Tenang saja, memakai senjata juga bukan gayaku Lizzy.” Krystal membuang pistolnya ke sembarang arah, “Let’s begin!” seru Krystal
Lizzy segera menerjang Krystal seperti wanita bar-bar, yang membuat mereka jatuh dilantai dan bergulat disana. Mereka terus berguling ke kanan sambil mencekik leher satu sama lain, sampai akhirnya didekat jendela kamar kedudukan Krystal berada dibawah Lizzy dan Lizzy menyeringai merasa menang.
“Kena kau bocah tengik…”
Tanpa diduga, Krystal tersenyum simpul dan dengan sekuat tenaga menendang Lizzy dengan kedua kakinya sampai tubuh gadis itu terpental keluar jendela dan jatuh dari lantai 3 rumah presiden. Ia kemudian berdiri, sedikit merapikan bajunya dan mengambil pistolnya lalu keluar dari kamar Sulli untuk menyusul Gikwang dan Thunder yang ada dilantai 2.
**
Gikwang memejamkan kedua matanya erat, tak berani melihat dadanya yang akan berlumuran darah dan nyawanya yang akan hilang sebentar lagi.
BRUUG!
Gikwang membuka matanya dengan perlahan, ia mengerjap saat melihat tubuh Chansung yang terbaring dengan bersimbah darah dan pegangannya pada pistol mulai melemah. Tidak. Bukan dia yang mati, tapi Chansung. Tapi? Bagaimana bisa laki-laki berotot itu terkapar dilantai?
Gikwang mencoba merubah posisinya menjadi duduk. Ia melihat Thunder yang tengah berlutut sambil memegangi pistolnya, tapi tak lama kemudian pistol yang  ia pegang jatuh dan ia kembali tak sadarkan diri.
“Thunder oppa!” pekik sebuah suara dari arah tangga
Gikwang menoleh dengan cepat dan mendapati anggota termudanya sedang berlari menghampiri Thunder yang tak sadarkan diri kembali. Ia memangku kepala Thunder dan menoleh ke arah Gikwang.
“Oppa, cepat bantu aku!” pekiknya
Gikwang segera bangkit dan berlari ke arah Thunder. Awalnya ia hendak menggendong Thunder, namun tiba-tiba pasukan pengawal presiden yang lain datang dan memberikan mereka  bantuan. Mereka segera membawa Thunder ke rumah sakit diikuti dengan Krystal. Entah ia sedang berhalusinasi atau pukulan Chansung terlalu keras sehingga membuat pikirannya kacau, tapi ia melihat Krystal yang menangis saat menemukan Thunder yang tak sadarkan diri dengan luka tembak dikaki kirinya.
“Oppa!” seru Jiyeon sambil menghampiri Gikwang bersama Sulli disampingnya
“Ah! Gwenchanayo?” tanya Gikwang, Jiyeon mengangguk. “Gwenchanayo, Sulli-ssi?” lanjutnya sambil menoleh pada Sulli
“Ne, oppa tidak apa-apa?” tanya Sulli sementara Gikwang hanya mengangguk kecil
“Lebih baik sekarang kita ke rumah sakit. Thunder terluka, kakinya tertembak oleh Chansung.” Ucap Gikwang
“Jinjjayo? Ayo kita ke rumah sakit!” seru Sulli dan ia langsung melesat keluar rumah meninggalkan Gikwang dan Jiyeon yang memandangnya penuh bingung tapi tak lama kemudian mereka mengikuti putri tunggal presiden Korea Selatan tersebut.
**
Suasana sangat sepi disalah satu ruangan di rumah sakit Seoul. Krystal hanya duduk diam dan memandangi Thunder yang tengah terbaring dengan perban dikaki kirinya. Krystal terus menerus menepis air matanya yang tak mau berhenti keluar dari kedua matanya.
Saat ia tahu Thunder terluka, ia segera lari menghampiri laki-laki pendiam itu. Rasanya sakit sekali melihat Thunder terluka dan tak sadarkan diri, bahkan sampai sekarang. Krystal sendiri juga bingung kenapa setiap kali melihat Thunder terluka, ulu hatinya nyeri dan terasa sakit sekali, ia bahkan sampai menangis tersedu-sedu seperti tadi dan sekarang.
“Soojung-ya..” pintu ruangan itu terbuka dan terlihatlah sosok Jiyeon, Gikwang, dan juga Sulli
“Unnie-ah!” Krystal berlari dan memeluk Jiyeon erat kemudian menangis sejadi-jadinya
Jiyeon mengerjapkan matanya beberapa kali atas tindakan Krystal sebelum tangannya beranjak untuk mengelus punggung gadis itu dan menggiringnya keluar dari ruangan meninggalkan Gikwang dan Sulli.
“Oppa, Krystal kenapa?” tanya Sulli
“Molla, mungkin dia sedih. Setahuku, dia sangat dekat dengan Thunder. Karena mereka seperti kakak-adik..” Gikwang mengangkat bahunya
Sulli mengangguk kecil lalu mengalihkan pandangannya pada Thunder yang terbaring tak sadarkan diri diranjang. Ia segera duduk disebuah kursi disamping ranjang, dan menatap Thunder dengan sedih.
“Oppa, cepat sadar. Walaupun kita baru berkenalan, tapi aku menyukaimu oppa…” ucap Sulli membuat Gikwang terkejut dan diam ditempatnya
**
“Soojung-ah, uljimayo! Wae gurae?” tanya Jiyeon
Saat ini mereka sedang duduk disebuah kursi taman rumah sakit. Krystal masih menangis, tapi tidak sebanyak tadi dan sudah mulai tenang. Dengan perlahan ia berhenti dan menarik nafas dalam-dalam, lalu menyeka air matanya.
“Ini, minumlah..” Jiyeon menyodorkan segelas teh hangat pada Krystal, “Ayo ceritakan, kenapa kau menangis?” tanyanya setelah Krystal menyesap sedikit tehnya
“Unnie…Jiyeon unnie, hatiku sakit…sakit sekali…saat melihat…Thunder oppa…terluka unnie-ya!” ucap Krystal terbata-bata dan air mata mulai mengalir lagi dipipinya
Jiyeon diam dengan perkataan Krystal, ia bukannya enggan menyahut perkataan Krystal. Hanya saja, ia tidak tahu harus berkata apa pada adik terkecilnya itu. Bukannya tidak paham, ia sangat paham dengan keadaan Krystal… Lagi-lagi, ia hanya bingung karena ia juga berada di posisi yang sama seperti Krystal, tentu berbeda laki-laki.
“Kau menyayangi Thunder oppa?” tanya Jiyeon pada intinya
Krystal terkejut. Ia tak menyangka Jiyeon akan menanyakan hal seperti itu, hal yang sama sekali tidak ada dipikiran Krystal. Ia hanya berkata kalau ia sakit sekali melihat Thunder terluka, tidak berkata ia menyayangi Thunder. Tapi, apakah ia menyayangi Thunder? Didalam hatinya yang terkecil, ia mengakuinya. Tapi apa pantas, orang-orang seperti mereka yang setiap hari bekerja dengan resiko kehilangan nyawa memilik perasaan seperti itu? Rasa sayang? Bahkan…rasa cinta?
“A…aku…tidak tahu…” Krystal tergagap dan pipinya bersemu
“Tidak perlu dijawab juga aku sudah tahu jawabannya.” Jiyeon tersenyum manis
“Unnie…” rengek Krystal sementara Jiyeon tersenyum melihat adik kecilnya
**
Keesokan harinya, saat Sulli berkunjung ke rumah sakit ia melihat Thunder yang sedang duduk dan menonton tv ditemani oleh Jiyeon disampingnya. Dengan senyum lebar, ia menghampiri Thunder dan juga Jiyeon.
“Annyeong!” sapanya pada mereka berdua, “Thunder oppa, apa oppa sudah baikan?” tanyanya
“Ya, lumayan.” Thunder menjawab dengan singkat
“Ah, oppa. Sudah saatnya kau makan, dan setelah itu kau harus minum obat.” Jiyeon mengambil mangkuk bubur dari atas meja
“Unnie, biar aku saja yang menyuapi Thunder oppa” Sulli menawarkan diri membuat Jiyeon dan Thunder bertatapan dengan bingung tapi tetap menyerahkan mangkuk ke tangan Sulli
Sulli dengan senang menyuapi Thunder makan, sendok demi sendok bubur telah masuk kedalam mulut Thunder sampai akhirnya sebuah suara nyaring menghentikan aktivitas orang yang ada didalam ruangan tersebut.
BANG!
Suara tembakan dari luar yang membuat Jiyeon siaga dengan mengambil sebuah pistol dari tasnya, sementara Sulli terus mendekat ke arah Thunder dengan ekspresi takut kemudian menaruh tangannya dibahu Thunder membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya.
“Tidak apa-apa Sulli-ssi.” Thunder menepuk tangan Sulli dengan tangannya, dan untuk pertama kalinya juga Sulli melihat senyum Thunder
“Diamond unnie!” Krystal masuk dengan terburu-buru namun berhenti sedetik kemudian saat melihat Thunder dan Sulli
“Ada apa?” tanya Jiyeon mengalihkan perhatian Krystal
“Ehmm…aku harus pergi dengan Sulli.” Ucapnya sambil menoleh pada Sulli, “Teman-teman kita datang lagi” lanjutnya
“Ah, baiklah. Sulli, sekarang kau ikut Krystal ke tempat aman.” Titah Jiyeon sementara Sulli menurut dan pergi sedetik kemudian bersama Krystal
**
Krystal dan Sulli terus berlari menyusuri lorong-lorong rumah sakit, dan ketika sampai disebuah lorong sepi dan gelap seseorang menghadang mereka berdua yang otomatis membuat mereka berhenti.
Long time no see, sweetheart!” ucap laki-laki tersebut
Krystal menyipitkan matanya tidak suka, “Choi Minho-ssi.” Desisnya tajam
**
Dua orang manusia masuk kedalam ruangan Thunder dirawat, membuat penghuni yang ada didalamnya menoleh ke arah pintu dan mendapati seorang laki-laki dan juga perempuan berwajah boneka Barbie.
“Halo kawan lama…” sapa sang laki-laki-laki, “Ah, Thunder ada apa dengan kakimu eh?” lanjutnya dengan senyum mengejek
“Diamond, hai! Hai juga Thunder oppa!” sapa sang perempuan berwajah Barbie
“Henry Lau…” desis Jiyeon tajam, “Dan kau, Goo Hara…” lanjut Jiyeon pada perempuan berwajah Barbie
“Disini ada Hara, dia tidak pernah terpisah dengan pacarnya. Berarti Choi…” Thunder membelalakan matanya saat ia sadar akan sesuatu
“Ya Hara! Dimana pacarmu, Choi Minho?” tanya Thunder garang
“Mungkin sedang membereskan gadis jalang kalian, alias Krystal.” Hara berkata dengan santai
“Sialan…” desis Thunder kemudian mencabut selang infusnya
**
Gikwang meninggalkan mobilnya diparkiran dan berjalan menuju rumah sakit. Ia mendapat berita bahwa teman-teman lamanya datang berkunjung untuk membawa Sulli pergi. Ia terus menghubungi Jiyeon namun tak diangkat, begitupun dengan Krystal. Gikwang mengumpat kecil dan mempercepat langkahnya.
“Sky oppa!” sebuah suara dari arah belakang membuat Gikwang terhenti
Hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan ‘Sky oppa’. Perlahan, ia berbalik dan terlonjak saat tak jauh dari posisinya berdiri seorang perempuan manis lengkap dengan senyumnya.
“Han Sunhwa…” ucap Gikwang pelan, kemudian otaknya teringat suatu hal
“Kau pasti mencari Henry oppa kan? Dia sedang bersama dengan Diamond-mu oppa.” Ucap Sunhwa lalu menyeringai kecil
“Kalian berdua datang untuk menculik putri kan?” tanya Gikwang mencoba tenang walaupun hatinya terus berteriak ingin segera menghampiri Jiyeon
“Berdua? Aku tidak bersama Henry oppa saja. Hara dan Minho juga datang mengunjungi” jawab Sunhwa santai, “Akhirnya kami bisa bertemu orang yang kami sayangi dimasa lalu kami. Aku bisa bertemu denganmu Sky oppa, Jiyeon bisa bertemu dengan Henry oppa, Thunder dan Hara, dan Minho dengan Krystal.” Lanjutnya seolah-olah gembira
“Apa kau bilang? Jadi maksudmu, mereka…berhadapan dengan mantan pacar mereka masing-masing?” ucap Gikwang
“Ya. Begitulah! Kenapa memang? Kau khawatir oppa?” tanya Sunhwa tersenyum mengejek
Ya, dalam hati ia mengakui bahwa ia mengkhawatirkan anggota timnya. Terlebih lagi Krystal. Masalahnya, gadis itu yang pergi membawa Sulli dan sekarang ia berhadapan dengan Minho. Walaupun sekuat apapun tenaga Krystal, ia tak mungkin bisa menandingi Minho yang lelaki dan juga lulusan terbaik di CIA. Ia tahu semua itu karena ia juga pernah menjadi lulusan terbaik di CIA tahun 2010, sementara Minho tahun 2011.
“Baiklah Sunhwa, mari kita selesaikan secara cepat.” Ucap Gikwang

To be continued…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar