Gikwang masuk kedalam ruang kerja timnya, dan menemukan setiap anggota tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Thunder, dengan senjata-senjatanya. Jiyeon, dengan ponsel dan alat riasnya. Dan si bungsu Krystal, tampak serius dengan komputer didepannya. Gikwang menggeleng pelan dan berdecak kesal, ia lalu menaruh kedua tangannya dipinggang dan menatap tajam pada setiap anggota timnya.
“YA!” serunya keras. Membuat ketiga anggota tim itu terkejut dan menoleh bersamaan ke arah leader mereka
“Aigoo. Lihat, pipiku tergores oleh lipstick!” seru Jiyeon sambil menunjuk pipi kirinya
Gikwang meringis merasa bersalah, Krystal menatap prihatin pada Jiyeon, dan Thunder memutar kedua bola matanya malas.
“Ada apa? Apakah ada sesuatu?” Tanya Thunder pada Gikwang
Gikwang menoleh dan tersadar, “Ah, aku ingin bilang bahwa kita harus menemui Mr. Cho sekarang juga!”
“Right now? Tapi aku belum menyelesaikan permainanku!” keluh Krystal
“Hey, apa yang kau maksud dengan permainan? Itu bukan permainan Soojung, itu rumus kimia!” sahut Jiyeon bergidik ngeri
“Aissh unnie, kau harus mencobanya! Ini sangat menyenangkan!” ucap Krystal dengan mata berbinar
“Tidak terima kasih.” Jiyeon menjawab dengan cepat. “Ayo kita ke ruangan Mr. Cho” ia pun berjalan melewati Gikwang
**
“Ini misi yang sangat tidak penting menurutku!!” protes Jiyeon kesal. “Aku tidak ikut!” ia menggeleng keras
Mr. Cho –atasan mereka- memberitahu pada Gikwang dan timnya bahwa mereka mendapatkan sebuah misi negara. Tapi baru saja selesai memberitahu, Jiyeon sudah protes terlebih dahulu tanpa mau mendengarkan alasan yang diberikan oleh atasan mereka.
“Ya. Kau harus mendengarkan alasanku mengapa memberikan misi ini pada kalian!” ucap Cho Kyuhyun –atasan mereka.
“Kalau begitu, cepat beritahu kami!” sahut si bungsu Krystal antusias
“Sebelumnya, kalian harus memutuskan akan mengambil misi ini atau tidak.” Ucap Kyuhyun serius. “Keputusan ada ditanganmu, Sky.” Kyuhyun menoleh pada Gikwang
Gikwang terdiam cukup lama, ia kemudian menatap pada setiap anggota timnya. Krystal mengangguk antusias seperti biasa, Thunder mengedikan bahunya, dan Jiyeon mengerucutkan bibirnya. Ia lalu menoleh pada Mr. Cho yang masih menunggu jawaban dari mulutnya.
Gikwang menghirup udara cukup banyak dan tegas menjawab, “Kami terima misi ini.”
“Baiklah. Lihat ini…” Mr. Cho menyalakan layar proyektor dan menunjukkan sebuah foto pada tim KSA
“Namanya adalah Choi Sulli. Anak tunggal dari presiden Korea Selatan Choi Siwon dan istrinya Choi Tiffany.” Ucapan Mr. Cho terpotong oleh perkataan Thunder
“Jadi, apa inti dari misi kali ini?” tanyanya
“Baiklah. Seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, kalian harus menjaga putri presiden tersebut.” Ucap Mr. Cho sambil menghirup sisa tehnya, “Kalian tahu sendiri bagaimana hubungan antara negara kita dengan Korea Utara. Beberapa minggu yang lalu, Korea Utara mengirim sebuah surat ancaman yang berisi akan menculik dan membunuh putri presiden Korea Selatan.”
“Lalu?” Tanya Jiyeon yang mulai mengerti
“Awalnya presiden dan pasukannya tidak menanggapi surat ancaman tersebut. Sampai seminggu kemudian, 3 orang pasukan pengawal presiden ditemukan tewas dengan luka tembak didada kiri mereka. Didekat mayat-mayat tersebut juga terdapat bendera Korea Utara yang dikibarkan disebuah tiang yang tidak terlalu tinggi.” Mr. Cho mengusap tengkuknya perlahan, “Sejak saat itu, Presiden memerintahkan pasukannya untuk menjaga ketat putri dan juga istrinya. Tapi sampai saat ini, pasukan presiden yang telah tewas sudah mencapai 20 orang.”
“Karena dirasa ini sudah semakin berbahaya dan menyangkut tentang putri dan juga negaranya, maka presiden menyuruh kalian sebagai tim khusus yang Korea Selatan miliki untuk menjaga putri tunggalnya sementara presiden dan istirnya akan pergi ke Amerika untuk suatu urusan penting negara.” Mr. Cho mengakhiri penjelasannya
“Jadi, kami akan menjadi bodyguard putri presiden. Begitukah?” Krystal membuat kesimpulan
“Ya. Hanya sampai Korea Utara berhenti membunuh pasukan presiden dan berhenti mengirim surat ancaman.” Mr. Cho mengangguk mantap
“Baiklah. Kami akan berusaha menjaga putri presiden dengan baik.” Gikwang menjawab dengan mantap. “Kalau begitu, kami permisi dulu.” Gikwang dan timnya berdiri dari posisi duduk mereka
“Untuk Diamond dan Krystal…” ucap Mr. Cho yang membuat Jiyeon serta Krystal menoleh ke arahnya, “Diamond, tugasmu menjaga dan mengawasi putri dari jarak dekat dan jangan turun ke medan kecuali kau sangat dibutuhkan.” Jiyeon mengangguk, “Krystal, kali ini kau turun ke medan.” Krystal tersenyum puas dan mengangkat ibu jarinya.
**
“Masuk!” seru seorang gadis ketika seseorang mengetuk pintu kamarnya
Seorang pria layaknya pelayan, masuk dan membungkuk hormat pada gadis tadi. Sang gadis hanya mengangguk singkat lalu meletakan majalah yang sedang dibacanya.
“Nona Sulli, tim KSA sudah datang dan ingin bertemu denganmu.” Ucap pelayan tadi
“Baiklah, suruh mereka masuk.” Sahut Sulli
Pelayan tadi mengangguk dan berjalan keluar dari kamar Sulli. Tak lama kemudian, ia kembali dengan tim KSA dibelakangnya. Sulli tampak menatap satu persatu anggota tim KSA sampai pandangannya berhenti pada Thunder yang dengan cuek tidak melihat ke arah Sulli sama sekali melainkan sibuk memandangi setiap sudut kamarnya.
“Kau boleh keluar.” Ucap Sulli pada pelayannya, dan kemudian pelayan itu membungkuk lalu keluar dari kamar Sulli
“Annyeonghaseyo, kami dari tim KSA yang akan menjaga putri.” Gikwang tersenyum ramah pada Sulli, “Namaku Gikwang, kau boleh memanggilku Gikwang atau Sky.”
“Namaku Krystal, senang berkenalan denganmu putri! Ini merupakan suatu kehormatan bagiku dan tim.” Krystal maju dan menyalimi tangan Sulli, sementara Sulli tersenyum melihat tingkah Krystal
“Namaku Jiyeon. Kau boleh memanggilku Jiyeon atau Diamond, bangasupmida.” Jiyeon tersenyum dan membungkuk singkat pada Sulli
“Unnie, tidak perlu seformal itu. Mari kita berteman!” Sulli menarik tangan Jiyeon agar gadis itu mendekat ke arahnya dan Krystal
“Unnie? Eh, panggil nama saja juga boleh nona Sulli.” Tolak Jiyeon halus
“Aniyo, kau lebih tua dariku. Aku ingin memanggilmu unnie, dan stop memanggilku nona! Panggil saja Sulli atau Jinri. Araci?” ucap Sulli
“Ne.. Sulli.” Jiyeon mengangguk
“Hey, dari tadi dia belum mengenalkan diri. Beri dia kesempatan…” Gikwang menyikut lengan Thunder
“Namaku Thunder.” Ucap Thunder singkat dan mengangguk singkat pada Sulli
“Gikwang oppa, Thunder oppa, Jiyeon unnie, Krystal, mohon bantuannya!” Sulli membungkuk dan mengeluarkan eye smile cantiknya
BANG! BANG!
“Kyaaaaaaaaaaaaaaaa!”
BANG!
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan teriakan seseorang dari lantai bawah rumah Sulli. Gikwang beradu pandang dengan Thunder lalu menoleh pada Sulli yang tengah ketakutan, ia lalu menoleh pada Jiyeon dan Krystal yang tampak mengangguk.
“Baiklah. Aku dan Thunder akan turun ke bawah, Diamond dan Krystal! Kau tetap disini menjaga Sulli, tutup dan kunci pintu lalu bersembunyi didalam lemari. Jika 5 menit kami belum juga kembali, Krystal kau maju dan Diamond pergi selamatkan Sulli. Mengerti?” ucap Gikwang
“Mengerti!” sahut Jiyeon dan Krystal bersamaan
“Ayo kita pergi!” Gikwang dan Thunder pun keluar dari kamar tersebut. Krystal menutup dan mengunci pintu sementara Jiyeon menuntun Sulli yang masih ketakutan untuk bersembunyi didalam lemari, disusul oleh Krystal.
**
“Astaga…” desis Gikwang pelan
Dihadapannya terdapat seorang pelayan wanita dan pelayan pria yang tewas dengan darah yang mengotori lantai dan baju mereka. Gikwang mendekat ke arah mayat pria dan menemukan luka tembakan didada dan bahunya, ia lalu beralih ke mayat si wanita dan menemukan luka tembak didada. Ia lalu bangkit berdiri dan berbalik ke arah Thunder.
Gikwang menahan napasnya dan memandang ke tempat Thunder berdiri, kakinya tiba-tiba saja kaku dan tak bisa menjalankan perintah dari otaknya, ‘Sial!’ ucapnya dalam hati
Thunder yang merasa aneh dengan sikap Gikwang, mengerutkan keningnya dan hendak berjalan menghampiri ketua timnya tersebut.
BANG!
“THUNDER!”
Jleb.
PRAK!
Gikwang terus memperhatikan rekan satu timnya yang sekarang sudah runtuh dan terkapar dilantai dengan luka tembak dibahunya. Pistolnya terjatuh dan isinya berserakan di lantai, dan dengan perlahan Thunder menutup kedua matanya pingsan.
Gikwang mengangkat kepalanya, tak jauh dari tempat itu seorang pria tengah berdiri sambil menempatkan shoot gunnya ke celananya.
“Well well well! Kita bertemu lagi, Gikwang…” ucap pria itu sambil tersenyum meremehkan
“Chansung…” desis Gikwang tajam
“Jadi, kau sekarang bekerja untuk Korea Selatan bersama Thunder? Haha, kukira kalian masih tinggal di Amerika.” Ucap pria tadi, Chansung.
“Dan kau, bekerja untuk Korea Utara?” balas Gikwang
“Ya, daripada aku terus membusuk di Amerika. Aku ingin sedikit bermain-main, dan tak kusangka bisa bertemu kawan lama.” Chansung mengedikan bahunya, “Atau lebih tepatnya musuh lama…” dan ia bersiap dengan shoot gunnya lagi
**
Krystal terus memandangi jam tangan digitalnya, “58…59…60…” Kyrstal mengangkat kepalanya dan mengintip dari lubang kunci pintu lemari
“Ini sudah 5 menit dan mereka berdua belum kembali!” bisik Krystal khawatir dan juga kesal, “Unnie, kau bawa Sulli keluar. Aku akan turun kebawah”
“Baiklah!” Jiyeon membuka tas ransel yang ia bawa. Ia mengeluarkan alat untuk memanjat terbing dan sebuah laser untuk menghancurkan dinding
“Aku pergi dulu…” Krystal perlahan membuka pintu lemari dan melangkah keluar
BRAK!
Pintu kamar Sulli terbuka dengan sebuah tendangan keras yang membuat Krystal terkejut. Ia lalu melihat siapa pelaku yang telah menendang pintu kamar dan kembali terkejut.
“Krystal! Kita bertemu lagi.” Ucap seorang gadis, ia lalu menoleh melewati badan Krystal. “Diamond, kau mau kemana dengan putri presiden itu?” lanjutnya sambil melihat ke arah Jiyeon yang akan keluar dengan Sulli melalui dinding yang sudah dilubangi dengan laser
Baik Krystal dan Jiyeon sama-sama tercekat melihat siapa gadis yang berbicara dengan mereka, “Lizzy…” desis mereka bersamaan
“Jadi, kalian berdua bersama Gikwang oppa dan Thunder oppa berkerja untuk Korea Selatan. Begitu? Cih, rendah sekali. Kalian itu lulusan akademi CIA…” ucap gadis tadi, Lizzy meremehkan
“Dan kau? Bekerja untuk Korea Utara? Kau juga sama rendahnya Lizzy.” Balas Jiyeon tajam
“Hahaha, aku hanya bermain-main sementara. Aku bosan tinggal di Amerika, tak kusangka bertemu kalian lagi.”Lizzy menggeleng, “Baiklah, cukup basa-basinya. Serahkan putri presiden padaku!”
“Cih, langkahi dulu mayatku Lizzy! Mari kita lihat, apakah kau masih sama seperti dulu. Lizzy yang selalu kalah dari Krystal!” ucap Krystal tersenyum sinis
“Bhahaha, baiklah jika itu maumu. Mari kita lihat juga, apakah kau masih sama seperti dulu.” Lizzy tersenyum meremehkan
To be continued…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar